Ilmu itu mahal. Mungkin kalimat itu tidak berlaku bagi sebagian orang yang mau lebih rendah diri, yang mau belajar dari siapa saja.
Pagi ini misalnya, (ketika tulisan dibuat) sungguh saya banyak belajar dari salah satu sahabat, rekan dalam bekerja, meskipun pekerjaannya berbeda dalam satu instansi yang sama. Sebut saja namanya Pak M, dia seorang office boy yang berjiwa besar.
Berawal dari sekedar mengajaknya minum kopi bareng, saya betul-betul bersyukur atas obrolan yang terjadi kemudian. Ada beberapa hal baru yang bisa saya pelajari, meski ada beberapa hal yang sudah saya paham dan ketahui dari lama, selalu menyenangkan rasanya apabila menemukan seseorang dengan visi kehidupan yang sama. Nelayan pasti bisa mengenali sesama nelayan. Dan ketika saling bertemu mereka akan saling memberi trik baru, kabar kencangnya angin dan arus, dsb. tanpa imbalan apapun. Selalu menyenangkan rasanya berbagi dan berteman dalam kesederhanaan.
Dari Pak M saya sadar sesadar-sadarnya, bahwa ternyata orang yang paling miskin di dunia ini adalah orang yang tidak memiliki apa-apa selain UANG, dan orang yang paling kaya di dunia ini adalah mereka yang dekat dengan Allah SWT. Karena Allah berjanji, menjamin akan memberikan semua kebutuhan makhluknya, Allah itu AL-Hafiz, Maha Memelihara. Dan jika kita punya keinginan, kita hanya harus meminta dalam doa, perbaiki niat, temukan alasan yang baik kenapa kita harus menginginkan keinginan kita terwujud, dan tunggulah jika datang waktunya Allah yang Maha Mengabulkan doa-doa pasti akan mengabulkan.
Pak M berbaik hati meminta pendapat mengenai masalahnya kepada saya. Sebetulnya apa yang Pak M tengah alami dengan apa yang saya alami tidak jauh berbeda. Berputar di masalah yang sama tentang membiayai anak sekolah, memenuhi keinginan istri, dan kesulitan menuntun anak istrinya ke pandangan yang sama dengan dirinya. Saya belum menikah, tapi semenjak ayah saya berpulang, saya alhamdulilah mempunyai satu istri (mama saya sendiri) dan satu anak (adik saya tercinta yang saat tulisan ini dibuat tengah menuntut ilmu di UI). Dan seperti yang saya bilang, saya dan Pak M memiliki masalah yang sama. Setahun yang lalu (dari tulisan dibuat) saya ditipu dalam bisnis dan terbelit hutang dalam digit puluhan juta, dan saya single fighter, mama saya tidak bekerja. Tapi semua orang pasti punya masalah yang sama dan lebih besar malah... Adalah tidak adil bahwa kita selalu merasa bahwa masalah kita adalah yang paling berat.
Kebetulan atau tidak, beberapa hari terakhir ini saya sering berkeluh kesah dalam doa kepada Allah SWT persis sama seperti apa yang Pak M keluhkan kepada saya. Tentang bagaimana cara melunasi hutang, padahal rasanya selalu besar pasak daripada tiang. Tentang bagaimana menghidupi keluarga padahal rasanya kita selalu merasa kurang. Tentang bagaimana keinginan yang menurut kita sangat kita perlukan, saking perlunya kita sering menyamakan keinginan tersebut dengan kebutuhan, sehingga sering mengeluh mana janji Allah yang akan memenuhi kebutuhan setiap makhluknya. Padahal sekali lagi, yang menurut kita kebutuhan bisa saja ternyata adalah keinginan, Allah SWT Maha mengetahui, sedangkan kita tidak tahu apa-apa kecuali sedikit.
Lalu terjadilah sesuatu yang lucu, akhirnya saya menjawab keluhan saya sendiri dan Pak M juga demikian. Kita saling memberi jawaban, padahal sebelumnya kita dalam kegalauan dalam keluh kesah yang hampir sama. Ya, bahwa entah bagaimana Allah SWT pasti akan memberikan jalan asal kita berniat baik dan berusaha. Bahwa hari ini pun saya dan Pak M bisa pergi bekerja dan menikmati secangkir kopi pun sudah merupakan rezeki dari Allah SWT. Secara tidak langsung Pak M dan saya sepaham visi tentang hidup. Pemikirannya bahwa hidup itu kertas putih dan kesulitan hari ini hanya cukup untuk hari ini saja ternyata diamini oleh Pak M.
Mudah menulis begini dan begitu, padahal pada kenyataannya jika dihadapi di suatu masalah saya tetap juga mengadu kepada Allah SWT. Dan dibutuhkan sahabat yang sederhana dan tulus seperti Pak M pagi ini yang mau mengingatkan dan diingatkan, bahkan memberi ilmu baru tentang hidup dan agama.
Terima kasih untuk Pak M karena telah mengingatkan saya kembali, semoga Allah SWT selalu mengabulkan dan memberikan yang terbaik untuk Pak M dan keluarga.
(untuk Pak M, i do still pray for you my friend =) )