Dear all, apa Anda semua mengenal Bruce Wayne? Pada film Batman Begins si Bruce Wayne kecil terjatuh pada suatu sumur kering yang ternyata di dasarnya adalah gua yang sangat tua dan dihuni oleh banyak kelelawar. Bruce sangat ketakutan sekali. Lalu datang ayahnya Bruce memakai tali turun ke dasar sumur menyelamatkan anaknya. Ayah Bruce memeluk anak laki-lakinya dan mulai bergerak ke atas. Bruce kecil hanya bisa memeluk ayahnya ketakutan.
Pada tulisan saya kali ini bukan membahas bagaimana menghadapi rasa takut, tapi sesuatu yang lebih besar. Menghadapi kejatuhan. Kembali pada si Bruce Wayne kecil yang kini telah berada di kamar dan diobati lukanya oleh sang ayah yang kebetulan adalah seorang dokter. Dengan bijak sang ayah berkata, “Why do we fall Bruce?”, si Bruce wayne kecil hanya menatap ayahnya, “So we can learn how to pick up ourselves to the top again” lanjut ayahnya.
Dear all, hal yang sama terjadi pada percakapan Kresna dan Antareja di dalam novel Antasari & Antareja karya Pitoyo Amrih, salah satu penulis yang baik dalam tulisan dan kehidupan sehari-harinya. Di saat itu Kresna ditugaskan bangsa dewa untuk membunuh Antareja, keponakannya sendiri, demi terjadinya keseimbangan dalam perang Baratayudha, perang antara Pandawa dan Kurawa, Kebaikan vs Kejahatan.
Sebagai seorang paman, Kresna tentulah tidak ingin membunuh keponakannya sendiri, dia sungguh dalam dilema besar. Apalagi Kresna baru saja mendapati anak kandungnya terbunuh oleh anak angkatnya sendiri, yang kemudian dia bunuh sendiri karena tak kuasa menahan amarah. Lalu kini haruskah dia membunuh keponakannya sendiri meski ini adalah tugas dari bangsa dewa sekalipun?? Tapi jawaban Antareja sungguh mengejutkan Kresna, dia bersedia.
Lalu sebelum Antareja memilih jalan kematiannya dan menjadi debu, dia berujar kepada Kresna, mengobati kesedihan Kresna yang dalam keadaan dilema. Kurang lebih seperti ini, “Menurut saya, apa yang Uwa Prabu Kresna hadapi sekarang adalah sesuatu yang kusebut titik terbawah.”, Antareja melanjutkan “Setiap insan memerlukan titik terbawah, supaya bisa melihat dimana seharusnya dia berada”
Dear all, pelajaran yang sangat banyak bisa kita ambil dari dua penggal kisah diatas. Seterpuruk apapun kondisi dan keadaan kita hari ini, sekali lagi adalah ujian atas kehendak Allah SWT supaya kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Jika kita ingin menjadi pribadi yang tegar, yang besar, kita pasti akan mengalami kejatuhan, mengalami titik terbawah. Dimaksudkan agar kita bisa mengambil pelajaran untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Setelah kita jatuh,kita akan berusaha kembali ke ketinggian sebelum kita jatuh, keadaaan normal kita. Setelah itu kita akan berusaha mencapai ketinggian yang kita selama ini tuju, cita-cita kita. Semakin besar cita-cita kita, tidak ada salahnya kita terjatuh ke lubang yang agak lebih dalam dibanding yang lain. Karena dari sana kita punya bekal, bagaimana cara kita naik kembali,bagaimana cara kita mecari pijakan demi pijakan dan mengatas kelelahan jasmani dan rohani (fisik dan psikologis).
Seperti Pitoyo Amrih bilang dalam karakter Antareja, kita semua butuh titik terbawah. Ketika kita berada di atas, kita sering terlena, sehingga kita tidak memiliki motivasi untuk menjadi lebih baik lagi berbuat lebih banyak lagi, bahkan kita kadang lupa dengan tujuan kita, karena kita merasa sudah cukup dengan apa yang ada. Dengan berada di titik paling bawah, kita bisa melihat ternyata kita masih sangat jauh dari tempat kita terlena dengan apa yang sudah kita capai, apalagi dari tempat yang kita tuju.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk merasa lupa, dan kadang Allah SWT berlaku sangat baik dengan mengingatkan kita dengan mendorong kita terjatuh kepada titik terbawah dari kita. Kehilangan orangtua, bangkrut, dipecat, dan sebagainya.
Dear all, mari kita berhenti bersedih karena kita jatuh ke lubang yang dalam dan gelap, mulailah meraba, cari pijakan pertama, dan mulailah bergerak naik. Tidak ada salahnya kita mulai lagi dari pijakan pertama. Kehidupan yang penuh kesalahan tidak hanya lebih berguna dan lebih baik daripada kehidupan yang tidak melakukan apa-apa, selama kita menjadi lebih bijak atas setiap kesalahan yang kita perbuat, kita tidak perlu malu. Lebih baik orang yang mau berusaha naik lagi setelah terjatuh dan setelah sesampainya di atas dia mencegah orang disekitarnya untuk jatuh ke lubang yang sama, daripada orang yang hanya tersedu menangisi kejatuhannya berharap ada orang datang menolongnya dari atas sana.
So.. Lets...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar